Jumat, 12 April 2013

Dinamika Perubahan Litosfer dan Pedosfer

Dinamika Perubahan Litosfer dan Pedosfer
1.    Batuan Penyusun Kulit Bumi
Litosfer merupakan lapisan kerak bumi yang paling atas tersusun atas batuan dan mineral. Induk segala batuan ialah magma. Magma adalah batuan cair pijar yang bersuhu tinggi dan mengandung berbagai unsur mineral dan gas.

Batuan pembentuk kulit bumi selalu mengalami siklus atau daur, yaitu batuan mengalami perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan, dan kembali lagi menjadi magma. Siklus batuan berawal dari magma yang mengalami proses pendinginan akan menjadi batuan beku. Tempat pembekuan magma di bawah lapisan bumi, di dalam lapisan llitosfer, atau di dalam dapur magma. Batuan beku tidak selamanya tetap dalam keadaan utuh. Melalui atmosfer dan proses hidrosfer, batuan beku akan mengalami pelapukan, tererosi, terhanyutkan, dan terendapkan di suatu tempat. Endapan hasil pengikisan batuan beku akan menjadi batuan sedimen.
Keberadaan batuan beku dan batuan sedimen tidak selalu diam. Melalui proses desakan, patahan, lipatan atau patahan terkadang batuan beku dan batuan sedimen terpisahkan ke lapisan yang paling bawah maupun muncul dan tersingkap. Jika kedua batu tersebut mendapat tekanan dan suhu tinggi dari magma, akan berubah wujud menjadi batuan malihan (metamorf). Suatu waktu batuan malihan, batuan beku, dan batuan sedimen “tergusur” dan bercampur lagi dengan magma yang masih cair sehingga melebur dan menjadi calon batuan beku lagi. Demikianlah proses terjadinya siklus batuan pada lapisan litosfer.

2.    Macam-macam Bentuk Muka Bumi
Bentuk muka bumi banyak dipengaruhi oleh proses endogenik dan eksogenik. Proses endogenik (tenaga dari dalam bumi), antara lain tektonisme atau gerak lempeng litosfer, aktivitas vulkanisme (gunung api), gempa bumi, dan diatropusme. Adapun proses eksogenik, antara lain pengikisan (erosi), pelapukan, masswasting, dan pengendapan.
a.    Proses Endogenik
1)    Bentuk Muka Bumi Akibat Diatropisme
Diatropisme adalah proses pembentukan relief kulit bumi, pembentukan gunung-gunung, plato-plato,lembah-lembah, lipatan-lipatan, dan retakan-retakan. Diatropisme secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu epirogenesa dan orogenesa. Epirogenesa merupakan pengangkatan massa benua (kontinen) dengan kecepatan yang relatif lambat, sedangkan orogenesa merupakan perubahan kulit muka bumi dengan laju kecepatan yang relatif singkat.
2)    Bentuk Muka Bumi Akibat Tektonisme
Tektonisme adalah tenaga yang bekerja di dalam bumi dengan arah vertikal dan horizontal yang mengakibatkan perubahan atau pergeseran lokasi sehingga raut muka bumi berubah secara cepat. Berdasarkan bentukan-bentukan yang tampak di permukaan bumi, tenaga tektonisme dikelompokkan atas tektonik lipatan(folded procces) dan tektonik patahan (faulting procces).
3)    Bentuk Muka Bumi Akibat Proses Vulkanisme
Vulkanisme adalah kegiatan yang berkaitan dengan gerakan magma. Magma sebagai massa silikat cair pijar sangat aktif melakukan gerakan ke segala arah, baik secara vertikal, miring, menyusup, mendatar di permukaan bumi, ataupun hanya di dalam bumi.
4)    Bentuk Muka Bumi Akibat Gempa Bumi
Gempa bumi adalah sentakan yang bersumber dari kerak bumi, patah, bergeser, atau bergetar akibat aktivitas tektonisme, vulkansime, atau tanah runtuh. Ketika gempa bumi terjadi, bumi seperti di guncang ke atas dan ke bawah atau ke samping kiri dan kanan. Getaran gempa yang kecil umumnya tidak dirasakan oleh manusia, tetapi alat yang sensitif dapat merekamnya. Alat yang dapat digunakan untuk merekam macam-macam gelombang gempa disebut seisnometer. Kombinasi seisnometer dengan sistem pencatatan , sistem peredaman dan sistem waktu disebut seismograf. Bentuk muka bumi akibat gempa bumi dapat dibentuk lipatan dan patahan.
b.    Proses Eksogenik
Bentuk muka bumi yang diakibatkan oleh proses diatropisme, vulkanik, dan gempa bumi merupakan bentuk muka bumi akibat proses endogen, yaitu tenaga geologi yang berasal dari dalam bumi dan bersifat membangun. Selain proses endogen, terdapat pula proses eksogen, yaitu proses perombakan permukaan bumi melalui kegiatan pelapukan, pengikisan, masswasting, dan pengendapan. Tenaga endogen bekerja sangat lambat, tetapi pasti.
1)    Pelapukan
Pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dari kimiawi) batuan akibat pengaruh cuaca. Pelapukan dalam bahasa Inggris disebut weathering, berasal dari kata weather atau cuaca. Gejala pelapukan mudah dikenali dalam kehidupan sehari-hari, seperti kayu yang telah rapuh, bongkahan batu yang berwarna kuning kecoklatan akibat tersengat matahari, dan lapisan tanah yang berupa batuan keras menjadi lembek. Semua ini merupakan proses pelapukan.
2)    Pengikisan (Erosi)
Pengikisan (erosi) merupakan suatu proses pelepasan atau pemindahan massa batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu zat pengangkut yang bergerak di atas permukaan bumi. Proses erosi umumnya dimulai dari proses pelapukan terlebih dahulu, baik secara fisis maupun kimia, lalu diangkut dan diakhiri dengan proses pengendapan (sedimentasi).
3)    Masswating
Masswating adalah pemindahan massa batuan oleh gaya beratnya sendiri akibat tarikan gravitasi bumi. Dalam proses masswating air memegang peranan sebagai pembantu. Pada batuan yang banyak mengandung air, gerakan massa batuan akan lebih cepat dari pada batuan yang kering.
4)    Pengendapan (Sedimentasi)
Setelah proses pelapukan dan pengikisan (erosi) berlangsung, melalui tenaga pengangkut(air, angin, gletser, dan gelombang laut) material hasil pengikisan akan diangkut ke suatu tempat pengendapan. Tiga proses, yaitu erosi, pengangkutan, dan pengendapan tidak dapat dipisahkan sehingga dikenal dengan istilah three phases of single activity. Proses pengikisan oleh berbagai sebab dan masswatingh lebih dikenal sebagai proses degradasi. Sebaliknya, seluruh hasil pengendapan disebut proses agradasi. Degradasi adalah proses geomorfologi yang cenderung menurunkan permukaan bumi, sedangkan agradasi adalah sebaliknya, yaitu cenderung menaikkan permukaan bumi.

3.    Degradasi Lahan dn Pengaruhnya terhadap Kehidupan
Degradasi lahan adalah proses geomorfologi yang cenderung menurunkan permukaan bumi. Penurunan permukaan bumi dapat terjadi akibat erosi dan masswasting. Pada sisi lain, degradasi lahan juga diartikan penurunan kualitas lahan.
Degradasi lahan banyak berpengaruh terhadap kehidupan manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak erosi tanah di tempat terjadinya, antara lain sebagai berikut.
a.    Lapisan tanah permukaan yang baik hilang sehingga penjangkaran (pencengkeraman) akar tanaman tidak ada lagi. Selain itu, unsur-unsur hara dalam tanah terhanyutkan dan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur lagi.
b.    Akibat dari ketidaksuburan tanah, produksi pertanian menurun. Jika ingin dipertahankan kesuburannya, biaya produksi pertanian menjadi semakin tinggi karena harus membeli berbagai pupuk untuk pengelolaan tanah.
c.    Jika produksi usaha pertanian semakin tinggi, dapat menjdi penyebab kemiskinan para petani, baik pemilik lahan maupun buruh tani.
d.    Akibat yang tidak langsung dari adanya erosi atau degradsi lahan adalah berkurangnya alternatifpengusahaan lahan. Artinya, ketika degradasi lahan belum terjadi, lahan pertanian dapat ditanami oleh berbagai macam tanaman, tetapi setelah terjadi erosi tanah, jenis tanaman yang dapat tumbuh semakin sedikit.
e.    Akhirnya, setelah lahan tidak subur, para petani akan mencari lahan baru dengan cara membuka hutan. Dengan penbukaan hutan yang baru, akan semakin mempercepat erosi lagi.
f.     Setelah erosi tanah terjadi, lapisan batuan yang keras akan tersingkap dan infiltrasi air tidak terjadi lagi. Jika infiltrasi besar, aliran permukaan (air limpasan) akan semakin besar sehinga mengakibatkan banjir di bagian hilir.
Adapun dampak yang terjadi di luar tempat kejadian erosi adalahpelumpuran dan pendangkalan waduk, sungai, saluran, dan badan air lainnya. Waduk yang cepat dangkal menimbulkan karugian karena fungsi waduk tidak akan berusia lama.

4.    Pembentukan Tanah
Pembentukan tanah dipelajari dan dibahas dalam suatu studi khusus, yang genesa tanah(pedogenesa). Ada beberapa faktorpenting yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu iklim, organisme, bahan induk, topografi dan waktu.

Keterangan:
T = tanah
t = topografi
i = iklim
b = bahan induk
f = faktor
o = organisme
w = waktu

5.    Jenis-jenis tanah di Indonesia
Jenis tanah di Indonesia berdasarkan klasifikasi dari Lenbaga Penelitian Tanah Bogor yang dikembangkan oleh Soepraptohardjo dikelompokkan atas tanah organik, tanah tanpa diferensiasi horizon, tanah merah, andosol, grumosol, hidrosol, tanah garam, podsol.

6.    Erosi Tanah dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erositerjadi di dua tempat, yaitu:
a.    Pada tempat erosi terjadi;
b.    Pada tempat tujuan akhir, di sana tanah yang terangkut tersebut diendapkan.
Kerusakan yang dialami pada tanah di tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisik tanah, seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, menurunnya kapasitas infiltrasidari kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, serta berkurangnya kemantapan strktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas. Hal ini karena lapisan tanah atas setebal 15 sampai 30 cm memiliki sifat-sifat kimia dan fisik lebih baik dari lapisan lebih bawah.

7.    Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Usaha untuk mengurangi erosi tanah dapat dilakukan dengan upaya-upaya konservasi tanah. Konservasi tanah adalah menjaga agar tanah tidak tererosi. Terdapat tiga carapendekatan dalam konservasi tanah, yaitu sebagai berikut.
a.    Menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman agar tanaman terlindung dari daya perusak butir-butir hujab yang jatuh.
b.    Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, serta lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah.
c.    Mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah.
Metode konservasi tanah dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu metode vegetatif dan metode teknik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, serta mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Metode teknik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan.

http://milasyafaah22.blogspot.com/p/dinamika-perubahan-litosfer-dan.html

2 komentar: